Selasa, 16 Agustus 2011

Tari Tradisional Sul-sel


1. Pengertian Seni Tari

Dengan menelah definisi yang dikemukakan oleh sarjana-sarjana atau koreografer yang berkecimpung di dalam dunia seni tari, di antaranya Corri Hertong, seorang penari kenamaan di eropa yang juga sebagai guru tari pada Akademi Seni Tari di Negeri Belanda, yang mengatakan : “Tari adalah keteraturan bentuk gerak tubuh yangritmis di dalam suatu ruang”.

Curt Shach dalam definisinya mengatakan : “Dance is rhythmic motion”, artinya : “Tari adalah geraik yang ritmis”.
Drs. Sudarsono, direktur pada Akademi Seni Tari Indonesia di Yogyakarta mengatakan bahwa “dance is Expression of human soulof means of beautiful movement”, artinya : “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang mewujudka dalam bentuk gerak ritmis yang indah”.

Pangeran Suryadiningrat memberikan definisi dalam bahasa daerah jawa yang berkata : “Ingkangdipun westani beksa inggih punika obahing sedaya, serang dunung badan katata paktuh wiraning gending jumbuhing persamon kalyangkajenganing joger”, artinya : “Tari adalah gerak seluruh anggota badan yang teratur menurut irama gendang dengan ekspresi gerak tari”.

John Martin dalam bukunya mengatakan : “Tari adalah perwujudan suatu macam tekanan emosi dalam bentuk gerak tubuh tubuh”.

Dari bebrapa definisi tersebut di atas dapat diartikan bahwa pada prinsipnya tari adalah gerak indah dan ritmis atau dengan perkataan lain, tari adalah tekanan emosi dalam tubuh dan ekspresi jiwa manusia yang diproyeksikan melalui keteraturan gerak tubuh yang ritmis serta indah yang disesuaikan dengan irama iringan musik di dalamsuatu ruang dan waktu tertentu.

Kalau kita mempelajari lebih banyak lagi definisi tentang tari, maka disana diketemukan perbedaan-perbedaan yang kadang-kadang sifatnya sangat prinsipil. Hal itu disebabkan dalam cara dan sudut pandang yang menyebabkan perbedaan pula di dalam penilaian terhadap suatu karya seni tari, sehingga oleh suatu golongan, apa yang dianggapnya sebagai suatu kemajuan, justru bagi pihak yang lain menganggapnya sebagai suatu kemunduran. Misalnya Dr.Van Derland di dalam memberikan penilaian terhadap perkembangan tari modern (social dance) yang muncul akhir-akhir ini, menganggapnya sebagai suatu kejadian yang gawat ditinjau dari segi kesusilaan dan agama. Sarjana ini beranggapan bahwa tari modern itu adalah pencerminan dari kekosongan jiwa sama sekali.

2. Pengertian Tari Klasik Tradisional

Pengertian tari tradisional, termasuk tari tadisional di daerah sulawesi selatan, ialah suatu bentuk tari mengandung nilai-nilai luhur, bermutu tinggi, yang dibentuk dalam pola-pola gerak tertentu dan terikat, telah berkembang dari masa ke masa dan mengandung pula nilai-nilai filosofis yang dalam, simbolis, religius dan tradisi yang tetap.

Dalam tari tradisional yang menjadi dasar pertama dan utam ialah susunan dan koreografi dalam wujud yang indah. Untuk mempelajari harus dihafalkan ragam-ragamnya disamping irama musik yang mengiringinya. Pada umumnya tari tradisional di sulawesi selatan seperti gendang, pui-pui, dengkang (gong), anak baccing dan lain-lain.

Di daerah ini karawitan biasanya disebut bunyi-bunyian karena instrumennya tidak dapat melahirkan bunyi dalam wujud nada, sehingga sangat berbeda dengan karawitan jaw dimana gamelan ketika ditabuh iramanya terdengar jelas, ada yang laras salendro.

Bunyi-bunyian sebagai pengiring tari tradisional di sulawesi selatan penggunaannya sangat terbatas karena tiap tari tradisional mempunyai irama tersendiri atau cara memukul atau menabuh yang berbeda-beda, misalnya cara tabuhan gendang bagi tari pajaga berbeda cara tabuhan gendang bagi tari pattuddu, demikian pula bagi tari pagellu, pajoge dan lain-lain.

Irama gendang sama keterikannya dengan gerakan-gerakan tarinya, di mana bunyi yang dilahirkan merupakan ciri khas dari daerah mana tari itu berasal.

Dalam perkembangan tari dari masa ke masa, khususnya di sulawesi selatan, dikenal bermacam-macam tari tradisional, di mana isi makna dan tujuannya melambangkan falsafah kehidupan masyarakat.

Itulah sebabnya hampir seluruh tari tradisional yang ada di sulawesi selatan tidak banyak mengandung unsurbentuk tari pertunjukan karena seluruh peralihannya berhubungan erat dengan kehidupan tradisional masyarakatnya. Dengan demikian tari ini tidak dapat ditampilkan disembarang waktu, tempat dan tujuan pertunjukan.

Dengan pesatnya perkembangan tari di sulawesai selatan pada saat ini, dimana banyak kreasi baru yang jelas dasarnya seluruh gerakan-gerakannya diolah sedemikian rupa bersumber dari tari-tari tradisional. Untuk membedakan mana tari tradisional dan yang mana tari kreasi baru di daerah ini.

3. Asal Mula Terjadinya Tari

Untuk melengkapi pengertian dan pengetahuan kita tentang tari, ada baiknya jika kita selipkan hasil penelitian secara ilmiah oleh sarjana-sarjana terhadap suku-suku bangsa yang paling underdevelop culture untuk mengetahui asal mula terjadinya tari, bahwa manusia-manusia primitif pada mulanya tertarik kepada keadaan dan kehidupan alam disekitarnya yang sdelanjutnya mencari sebab dari segala keadaan dan kejadian itu. Mereka beranggapan bahwa ada unsur hidup yang menimbulkan gerakan sebagaimana mereka memiliki nyawa. Mereka yakin dan percaya bahwa sungai, pepohonan dan segala makhluk mempunyai nyawa.

Karena tidak memiliki pengertian sebagaimana mestinya tentang segala kejadian disekitarnya, timbullah rasa ketakutan besar terhadap kekuatan-kekuatan dan kekuasaan-kekuasaan yang dianggap misterius, takut kepada roh-roh yang mereka bayangkan sebagai makhuk penguasa alam dan penguasa terhadap dirinya sendiri. Mereka beranggapan bahwa keajaiban-keajaiban yang ada dan terjadi disekelilingnya mengancam keselamatan alam lingkungannya maka tumbuhlah semacam hasrat kekuatan gaib itu.

Bahwa manusia-manusia primitf mempunyai sifat seperti kanak-kanak, memiliki nafsu yang tidak terkendalikan, lalu mereka melakukan sesuatu gerakan memutar tubuhnya dan menggoyang-goyangkan lengannya.

Mereka memiliki instink yagn sangat kuat terhadap ritme yang dimilikinya untuk melakukan sesuatu yang penuh hidmat yang ditujukan untuk menolak dan menahan kekuatan-kekuatan magis dan misterius pada anggapannya, dengan suatu keyakinan akan dapat menghubungkan diri mereka dengan unsur-unsur yang tidak nampak, dengan kekuasaan gaib dan luar biasa serta penuh rahasia. Mereka berkeyakinan bahwa dengan melakukan gerakan-gerakan berupa isyarat yang ritmis, mereka merasa telah menemukan sesuatu cara untuk melakukan perhubungan dengan hal-hal yang dianggapnya misterius itu. Demikianlah asal mula terjadinya gerak tari.

4. Metode

Gerakan-gerakan tari pada dasarnya bersumber dari tiga unsur :
1.                  Ratio,
2.                  Emosi, dan
3.                  Kehendak.

Sesuatu tari apabila yang ditonjolkan unsur rationya, maka melahirkan suatu karya tari yang sifatnya klasik, cara membawakannya harus dengan menghafalkan dari ragam keragam.

Suatu garapan tari yang didasarkan atas penonjolan emosi akan melahirkan tari kreasi baru atau tari modern, di mana dalam hal ini yan dipentingkan ialah ekspresi. Sebaliknya apabila unsur kehendak yang ditonjolkan maka karya tari sifatnya menjurus kepada tari primitif.

Seorang penari utamanya seorang koreografer tari , sebelum melakukan suatu gerakan, terlebih dahulu harus menyadari adanya tiga unsur pokok yang harus diperhatikan.
1.                  Gerak
2.                  Ruang
3.                  Waktu

Dalam melakukan gerak tari, tubuh merupakan unsur pokok, karena itu harus diperhatikan.
1.                  Zat yang hanya dapat dirasakan
2.                  Bentuk yang nampak

Dalam membawa tari khas Sulawesi Selatan, patokan umum yang perlu diketahui ialah, antara lain :
1.                  Posisi tubuh berdiri biasa
2.                  Gerak tubuh yang menonjol ialah ammelu (liukan perlahan)
3.                  Gerakan tubuh dalam kondo (mengeper)

Dalam membawa tari khas Sulawesi Selatan, ruang atau panggung pertunjukan dapat berupa bentuk arena ataupun dalam bentuk punggung biasa karena pola dasar formasinya sederhana saja sehingga memungkinkan pengolahan formasi disesuaikan dengan penataan yagn dapat diolah.

Gerak dasar yang terdapat dalam tari, misalnya pakarena, pada umumnya gerakan-gerakannya ialah gerakan ke bawah setinggi pinggang. Gerakan keatas setinggi dada atau bahu sayap kiri atau sisi kiri dan kanan dalam posisi 25 derajat.

Pada umumnya tarian di Sulawesi Selatan dibawakan oleh putri-putri secara berombongan atau secara massal dengan sifat gerakan yang seragam.

Tentang gerak kaki, seperti halnya anggota tubuh lainnya, posisi kaki juga memegang peranan yang penting. Kedudukannya harus mampu menjaga keseimbangan bagian badan di dalam melakukan gerakan-gerakan.

Seperti halnya pada setiap tarian, berat tubuh pada kaki kanan atau pada kaki kiri, dapat dilihat pada gerakan kondo.

Gerak dasar kaki dalam tari pakarena misalnya, dapat ditemukan gerakan akkaleo atau berputar, gerakan jalan biasa, gerakan jalan menumpu atau seterusnya sehingga karenanya ditemukan gerakan yagn umum, antara lain :
1.                  Gerak yang menetap di tempat
2.                  Gerak yang berpindah.

Dalam hal dasar gerak tubuh, pada umumnya tari di daerah Sulawesi Selatan gerakan badan secara khusus yang menonjol, tidak diketemukan seperti halnya pada tari Bali pada waktu agem kiri atau kanan liukan tubuh atau badan nampak jelas.

Pada saat ammelu atau kondo berat tubuh terletak pada kaki kiri, kedua lutut ngeper kondo yang akhirnya posisi tubuh mengeper sehingga liukan tubuh tidak jelas.

Tentang dasar gerak lengan atau tangan, posisi lengan kanan maupun lengan kiri seluruhnya dalam posisi 25 derajat. Gerak putaran jari-jari tangan kanan selalu setinggi bahu.
Dalam tari klasik tradisional pada umumnya tangan kanan menggunakan alat peraga kipas, sehingga jari-jari tangan kanan banyak berfungsi menggerakan kipas dalam putaran dan membalikkan kipas.

Karena tari-tarian di Sulawesi Selatan pada umumnya terdiri dari putri-putri saja, maka untuk dasar bagi putra-putri belum dipisahkan bahkan di dalam metode penyampaian ini dasar gerak tari untuk pria belum dibicarakan.

Adapun gerak leher, pada umumnya tari kjlasik tradisional leher gerak assaile atau gerakan memalingkan kepala ke kiri atau kekanan dalam posisi mata memandang dalam jarak sejauh 2 meter menjurus ke bawah. Tidak ada pandangan menatap atau melirik.

Dalam tari daerah klasik tradisional di Sulawesi Selatan tidak ditemukan adanya ekspresi wajah sehingga mata, leher, dan kepala tidak berfungsi banyak.

5. Filsafah Tari

Dalam kehidupan seni tari di daerah Sulawesi Selatan pada hakekatnya erat hubungannya dengan kehidupan adat istiadat dalam lingkungan pergaulan, terutama yang berhubungan dengan pergaulan antara lawan jenis dalam batas-batas dan aturan-aturan tersendiri yang dipatuhi turun temurun.

Meskipun dewasa ini keadaan sudah berubah dan telah mewarnai seluruh pelahiran sikap, ketat ataupun tidak, namun aturan-aturan itu tetap dijadikan sumber penilaian sikap di dalam tari :
 Seluruh jenis tari di daerah ini dibawakan secara berombongan atau secara massal, hal mana mengandung makna filosofis bahwa apapun yang dilakukan selalu menghendaki cara kegotong-royongan.
 Dalam seluruh jenis tari selalu mengandung sikap yang mencerminkan perwatakan yang memegang teguh aturan pergaulan melindungi dan mengangkat martabat wanita, karena itu dalam kehidupan tari di daerah ini tidak pernah diketemukan adanya satupun tarian yang dibawakan oleh pria dan wanita secara bersama.
 Lagu-lagu yang mengiringi tarian pada umumnya mengandung nasehat ataupun pesan-pesan agar manusia di dalam pergaulan hidup hendaknya selalu saling hormat menghormati dan saling memperhatikan satu dengan lainnya.

Semua lagu berbentuk royong, yakni semacam senandung yang panjang dalam kata-kata yang sengaja tidak jelas cara pengucapannya, hal mana dimaksudkan bahwa wanita merasa aib apabila di tempat ramai menunjukkan giginya, sehingga dengan demikian baik di dalam bercakap-cakap maupun menyanyi mulutnya senantiasa dilindungi demikianlah di dalam tari pakarena misalnya, apabila menyanyi maka mulut dilindungi dengan kipas.

Filsfah pergaulan hidup yang tercermin di dalam tari-tarian di daerah ini walaupun pad hakekatnya sudah mengalami banyak perubahan, namun di dalam kehidupan tari tetap merupakan sumber perwatakan dan hal ini perlu diketahui dan dicamkan, apa lagi perwatakan ini tetap merupakan landasan siri harga diri yang menafasi kehidupan dengan segala manifestasinya di daerah ini.

6. Ciri Khas Warna Kostum Baju Bodo

Warna kostum yang dipakai dalam klasik tradisional Sulawesi Selatan adalah warna merah, hijau, dan warna kuning. Kostum atau baju ‘balla dada’ bagi pria pada umumnya menggunakan warna merah, biru, dan hitam. Warna-warna ini merupakan warna dasar yang juga melambangkan perwatakan orang-orang Bugis dan Makassar.

7. Rumpun Tari Sulawesi Selatan

Seperti diketahui, Sulawesi Selatan Terdiri atas empat rumpun suku. Tari daerah yang merupakan sub suku, masing-masing Makassar, Bugis, Bone, Mandar, dan Toraja. Masing-masing daerah ini, dibedakan dari bahasa, kostum yang meliputi cara berpakaian dan warna khas baju dan sarung, ciri tari-tarian dan sebagainya.

Dalam buku ini akan ditampilkan lima tari tradisional daerah Sulawesi Selatan, masing-masing tari pakarena, tari pajaga, tari pattuddu, tari pagellu, dan tari pajoge. Kelima tari tersebut masing-masing berasal dari empat rumpun daerah Sulawesi Selatan sebagai berikut :
Tari Pakarena     : Berasal dari rumpun daerah gowa meliputi pula daerah takalar, jeneponto, bantaeng, selayar, bulukumba dan makassar.
Tari Pajaga          : Berasal dari rumpun daerah Bugis, meliputi daerah wajo, soppeng, luwu dan pinrang.
Tari Pa’tuddu      : Berasal dari rumpun daerah Mandar meliputi daerah Polmas, Majene, Dan Mamuju.
Tari Pagellu         : Berasal dari rumpun daerah Toraja meliputi daerah Enrekang, Toraja dan sebagian daerah perbatasan mamasa(polmas), perbatasan luwu.
Tari Pajoge          : Berasl dari rumpun daerah Bugis Bone.

Selain tai-tari tradisional yang lima, yaitu lima buah tari yang dijadikan dasar dan sumber inspirasi, penciptaan maka masih banyak tari-tari tradisional lainnya seperti :
1. Rumpun Makassar :1. Pakarena Bura’ne
                           2. Pamasari
                           3. Pasempu
                           4. Ganrang Bulo
                           5. Pasere
                           6. Pasalonreng
                           7. Atraksi Paraga
                           8. Pakarena Sikru
                           9. Pakondo Buleng
                           10. Tari Padekko
                           11. Tari Passempa
                           12. Tari Pangaru
                           13. Tari Galaganji
                           14. Tari Pujuk
                           15. Tari Rebana
                           16. Tari Adengbu panai
                           17. Pamingkrik

2. Rumpun Bugis :       1. Pajaga Gilireng
                           2. Pajaga Welado
                           3. Tari Lanceng
                           4. Tari Pasere
                           5. Tari Lelen Bau
                           6. Tari Pangayo
                           7. Tari Kaliao
                           8. Tari Salonreng
                           9. Tari Pabisse Passapu
                           10. Tari Rebana
                           11. Tari Katia
                           12. Tari Mareja-Eja
                           13. Tari Ma’jaga
                           14. Tari Pandengara
                           15. Tari Pajoge Makkunrai
                           16. Tari Bissu
                           17. Tari Lamondu
                           18. Tari Parado

3. Rumpun Toraja :     1. Tari Burake Gendang
                           2. Tari Dao Bulon
                           3. Tari Panandingan
                           4. Tari Samajo
                           5. Tari pa’ Boneballa
                           6. Tari Pa’ Burake
                           7. Tari Pa’ Katia
                           8. Tari Manganda
                           9. Tari Panimbong
                           10. Tari Mapapangan

4. Rumpun Mandar :   1. Tari Pattuddu Dego
                           2. Tari Bunake
                           3. Tari Sayo
                           4. Tari Saliliya
                           5. Tari To Eran Batu
                           6. Tari Paddego

Tari-tari Kreasi Baru   1. Tari Pattennung
                           2. Tari Padendang
                           3. Tari Bosara
                           4. Tari Mallatu Kopi
                           5. Tari Pelangi
                           6. Tari Paduppa
                           7. Tari Sulawesi
                           8. Tari Tanasenge
                           9. Tari Batara
                           10. Tari Rapang Bulang
                           11. Tari Patoeng
                           12. Tari Sikru
                           13. Tari Nelayan
                           14. Sandra Tari Samindara
                           15. Sandra Tari Cinde I Lan
                           16. Sandra Tari Lebonna
                           17. Fragmen Tari Bunting Mangkara
                           18. Tari Bunga Tonjong
                           19. Tari Toddo Puli
                           20. Tari Bunga Malena Cikoang
                           21. Tari Pakkuru Sumanga
                           22. Tari Pangngurangi
                           23. Tari Laklang Sipue
                           24. Sandra Tari Datu Museng
                           25. Tari Pajinjing Dupa
                           26. Tari Anging Mamiri
                           27. Pasulo
                           28. Fragmen Tari Maradika Tamma
                           29. Papising Timpa
                           30. Bulang Sumarak
                           31. Laklang Mamiri
                           32. Andi-Andi We Sabbe
                           33. Pangasing
                           34. Paccekla
                           35. Sandra Tari Sawerigading
                           36. Pajalo Karao
                           37. Paridik
                           38. Pajala Rompong
                           39. Molimbo-limbo
                           40. Sandra Tari Maipa Deapati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar